Perekat Nusantara Menyayangkan Penghakiman di Medsos Terkait Kasus Polisi Tembak Polisi

 


JAKARTA – Senada dengan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo yang meminta pengacara keluarga Alm.Brigdir J untuk menyampaikan informasi sesuai dengan hukumnya dan tidak berspekulasi mengungkapkan informasi mengenai luka-luka dan benda-benda yang bukan keahliannya, Pergerakan Advokat (perekat) Nusantara juga isu di media sosial.


Pergerakan Advokat (Perekat) Nusantara ini menyayangkan dahsyatnya penghakiman di media sosial terhadap Irjen Ferdy Sambo dalam kasus kematian Brigadir J selama dua pekan terakhir. Padahal, proses penyelidikan dan penyidikan masih berlangsung.


Koordinator Perekat Nusantara Petrus Selestinus menilai, narasi yang menjurus kepada berita bohong atau hoax terus diproduksi. Bahkan didaur ulang dari sumber yang tidak dipertanggung jawabkan. 


Akibatnya, kata Petrus, masyarakat dicekoki oleh informasi yang tidak berdasarkan dan mengendalikan arah pemberitaan hingga kinerja Polisi. 


"Karena sudah digiring Irjen Ferdy sebagai pelaku, dan terlibat pembunuhan yang dilakukan secara berencana. Padahal, Polri belum menetapkan penetapannya," kata Petrus dalam konferensi pers di Jakarta,kemarin Sabtu (23/7/22)


"Jangan sampai pemberitaan di medsos ini sudah menghakimi Irjen Ferdy dan institusi Polri," sambung Petrus.


Meski demikian Petrus juga mengapresiasi atas kontrol kuat masyarakat terhadap kinerja Polri di media sosial. Namun, dirinya khawatir, jika berlebihan atau kebablasan bisa diterapkan pada pengadilan sesat. 


 "Ini bahaya, iklan Ferdy Sambo tidak terbukti sebagai pelaku, siapa yang bertanggung jawab nanti? Ini bisa masuk fitnah dan mencemarkan nama baik orang,"ungkap Petrus.


Petrus meminta, semua pihak agar menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Termasuk oleh pengacara keluarga Brigadir J. berharap berharap, agar pengacara menyerahkan bukti-bukti penyidik ​​bukan dibeberkan ke publik. 


"Kekhawatiran kami terjadi pengadilan sesat. Pegangan kita kan peradilan hukum. biarkan penyidik ​​bekerja," lanjut Petrus.


Petrus menjelaskan, Polisi sudah sangat terbuka dan akomodatif terhadap setiap permintaan pihak keluarga. Termasuk, penggalian kembali kuburan Brigadir J untuk melakukan autopsi ulang. 


Namun demikian Petrus mengingatkan, agar sikap akomodatif berlebihan malah malah mengesankan pihak kepolisian didikte. 


"Biarkan Polisi bekerja di bawah norma hukum yang berlaku, jangan di bawah tekanan opini,"pinta Petrus.


Petrus juga meminta, jangan sampai Polisi salah langkah dan menurunkan tingkat kepercayaan publik, yang saat ini sedang tinggi. Bahkan melampaui KPK. 


Selain itu, saat ini sudah ada tim yang dibentuk secara berlapis untuk mengawal kasus ini. Mulai dari tim dari pihak Polri, Kompolnas hingga Komnas HAM.


Advokat lainnya di Perekat Nusantara Erick S Paat meminta, publik mempercayakan kasus ini kepada penyidik ​​Polri. Apalagi, sudah ada tim yang dibentuk secara berlapis untuk mengawal kasus tersebut. Mulai dari tim dari pihak Polri, Kompolnas hingga Komnas HAM. 


"Sudah begitu masak tidak percaya sih," katanya.


Erick menambahkan, rencananya Perekat Nusantara akan menghadap Kapolri untuk memberikan dukungan agar bekerja secara profesional sesuai KUHAP. "Kita tur minggu depan," tambahnya.


Untuk diketahui ada sekitar 12 orang advokat hadir dalam konferensi pers ini. Selain Petrus dan Erick, tampak juga Pieter Singkali, H. Moh. Satu Pali, Daniel T. Masiku, Antonius M. Safendi, Piterson Tanos, Berechmans M. Ambardi, Vincent Rante Alo, Juanita Valeri Tanamal dan Gideon Tarigan. Kemudian Robertus Mujiono, Brodus, Albertus, Carrel Ticualu dan Posma G. Siahaan. (merah)

Lebih baru Lebih lama